Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep

Januari 24, 2009 at 9:00 pm Tinggalkan komentar

MODEL PEMEROLEHAN KONSEP merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dicobakan guru matematika dalam pembelajaran. Melalui model ini siswa diposisikan secara aktif baik dalam menemukan konsep maupun menggunakan konsep tersenut. Moedjiono dan Dimyati (1991/1992) mengemukakan bahwa yang dimaskud dengan model pemerolehan konsep adalah suatu pola belajar mengajar yang dirancang untuk memperoleh konsep. Model ini dapat dilakukan dengan suatu strategi mengajar yang berorientasi pada menerima konsep serta mempertimbangkan dan memilih konsep, disamping juga berorientasi pada keaktifan siswa memperoleh konsep. Lebih lanjut dikatakan bahwa rasional dari model ini adalah adanya kesadaran bahwa dari sejak kecil siswa telah bergaul dengan lingkungannya dan secara aktif terdorong untuk memperoleh konsep-konsep, yang dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Jadi siswa sejak kecil telah dibentuk oleh lingkungannya untuk secara aktif berupaya memperoleh berbagai konsep. Hal inilah yang selanjutnya perlu dikembangkan untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Sebagaimana model-model pembelajaran yang lain, model pemerolehan konsep juga memiliki sintaks tertentu. Adapun sintaks dari model pemerolehan konsep adalah sebagai berikut.

  1. Siswa diperkenalkan dengan data dan pengertian konsep beserta ciri-cirinya. Dalam hal ini guru bisa memberikan tugas untuk mengkaji data guna memperoleh konsep yang dipelajari. Dalam penelitian ini, siswa diberikan maslaah pada LKS I yang harus dicoba dikerjakan oleh siswa berdasarkan pengalaman di lingkungan mereka ataupun berdasarkan konsep-konsep yang telah pernah dipelajari sebelumnya.
  2. Memeriksa kebenaran pemerolehan pengertian atau konsep tertentu. Jadi sebagai kelanjutan langkah pertama, dalam hal ini siswa ditugaskan untuk mempresentasikan hasil kerjanya guna melihat apakah pengertian atau konsep yang telah diperoleh siswa sudah benar atau masih perlu mendapat perbaikan.
  3. Menganalisis cara-cara berpikir tentang “bagaimana memperoleh konsep”. Dalam hal ini siswa diminta mengkomunikasikan bagaimana mereka mendapatkan solusi dari pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan cara ini akan diketahui apakah proses berpikir siswa sudah sesuai dengan penalaran matematis yang dipersyaratkan.
  4. Menggunakan pengertian, kesimpulan, batasan, atau cara pemerolehan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini siswa dihadapkan dengan beberapa masalah (baik masalah matematika maupun masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari) untuk diselesaikan berdasarkan pengertian atau konsep yang telah diperolehnya.

Dalam uraian sintaks di atas nampak bahwa siswa akan berposisi sebagai pencari pengetahuan, dalam artian mereka secara aktif dilibatkan untuk memperoleh konsep serta terlatih pula menggunakan konsep yang dimiliki dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Jadi dengan melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan sintaks yang digariskan dalam model pemerolehan konsep ini dapatlah dilihat bahwa melalui proses pembelajaran tersebut siswa akan terlatih untuk bernalar, memecahkan masalah serta memperoleh pemahaman yang memadai mengenai konsep yang sedang dipelajari. Proses pembelajaran ini jelas sangat relevan dengan tuntutan KBK yang menekankan pengembangan kompetensi dasar dan pemahaman konsep. Disamping sintaks di atas, model pemerolehan konsep juga memiliki komponen yang lain diantaranya sistem sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional dan dampak pengiring.

Dalam sistem sosial model ini, pola hubungan guru dan siswa tergolong tinggi. Perilaku guru dan siswa antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Guru memilih pengertian, batasan, kesimpulan, contoh penggolongan, dan benda-benda atau peragaan-peragaan yang akan dijadikan bahasan.
  2. Guru mengorganisasikan bahan-bahan tersebut secara tersusun hierarkis secara berurut contoh-contoh konkret, fakta, konsep, generalisasi, sampai teori.
  3. Guru bertindak sebagai fasilitator, pemberian informasi, teman berpikir dan pembimbing pemeroleh pengertian dan cara berpikir.

Komponen selanjutnya adalah prinsip reaksi guru terhadap siswa, dimana prilaku guru sebagai berikut :

  1. Pembuka perilaku belajar pemerolehan konsep.
  2. Fasilitator, pembimbing dialog, dan pembimbing cara- cara berpikir.
  3. Memusatkan perhatian siswa dalam analisis konsep, dan cara- cara berpikir pemerolehan konsep.

Selain itu, model pemerolehan konsep ini memiliki dampak instruksional yaitu siswa memiliki pemahaman konsep dan cara memperoleh pengertian atau pemahaman. Adapun dampak pengiring dari model ini adalah dimilikinya penalaran logis serta dimilikinya sikap tenggang rasa terhadap perbedaan cara bernalar.

Jika dilihat dari komponen-komponen model di atas dapat dikatakan setiap komponen sangat mendukung pelaksanaan KBK, karena dari uraian di atas tampak bahwa siswa diposisikan sebagai pencari pengetahuan. Dengan menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan, siswa dibuat untuk berperan aktif dan tanpa dipaksakan untuk mengikuti cara yang dimiliki guru sehingga akan tumbuh kemampuan bernalar sesuai dengan potensinya sendiri, serta guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi atau pengetahuan melainkan lebih cenderung sebagai fasilitator yang berupaya mendorong siswa untuk menemukan konsep dengan cara atau potensinya sendiri.

Kemudian jika dilihat dari komponen-komponen model di atas dapat dikatakan sangat mendukung pelaksanaan KBK, karena dari uraian Moedjiono dan Dimyati (1991/1992) tentang komponen model di atas tampak bahwa siswa diposisikan sebagai pencari pengetahuan. Dengan menggunakan fasilitas yang telah dipersiapkan, siswa dibuat untuk berperan aktif dan tanpa dipaksakan untuk mengikuti cara yang dimiliki guru sehingga akan tumbuh kemampuan bernalar sesuai dengan potensinya sendiri, serta guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi atau pengetahuan melainkan lebih cenderung sebagai fasilitator yang berupaya mendorong siswa untuk menemukan konsep dengan cara atau potensinya sendiri.

Dalam penerapannya Model Pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan pendekatan-pendekatan pembelajaran tertentu, misalnya pendekatan pemecahan masalah.

Sumber: Moedjiono dan Moh Dimyati. 1991/1992. Strategi Belajar Mengajar.Dirjen Dikti

Entry filed under: Tidak Dikategorikan.

Masalah Open Ended dalam Pembelajaran Matematika Yang Baru dalam Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Januari 2009
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  

Kategori